Halaman

Senin, 11 Juni 2012

5 KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI GURU KETIKA MENGAJAR



Kegagalan guru dalam mengajar sering terjadi sebagai akibat kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru. Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar dan pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif sehingga pada gilirannya sanggup memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya. Ini menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Keberhasilan guru ini secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda).

Kesalahan #5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh. Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda pernah membuat skripsi tentang penelitian kuantitatif, Anda pasti ingat bahwa instrumen yang Anda gunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi pembelajaran pun sebetulnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi harus valid dan reliable. Tetapi untuk bahasan ini, kita tidak akan sedetail ketika menyusun skripsi. Arti menyeluruh di sini adalah bahwa penyusunan soal evaluasi pembelajaran minimal harus mencakup bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda, isian, jawaban singkat. Tidak hanya pilihan ganda saja, atau isian saja. Materinya meliputi seluruh materi yang diajarkan (minimal satu kompetensi dasar).
sUMBER : www.gurusukses.com

Minggu, 27 Mei 2012

KISI-KISI UKK 1-5 BAHASA INGGRIS


Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) merupakan salah satu bentuk evaluasi akhir semester yang menjadi salah satu instrumen dalam menentukan peserta didik bisa naik ke tingkat/kelas di atasnya atau masih harus tinggal di kelas semula. UKK ini juga merupakan kegiatan untuk mengakhiri PBM regular di setiap tahun pelajaran. Menurut Kalender Pendidikan UKK Tahun Pelajaran 2011/2012 ini akan dilaksanakan selama 1 minggu pada minggu pertama bulan Juni 2012. Untuk memberikan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi UKK tersebut KKG Bahasa Inggris telah merilis Kisi-Kisi UKK Bahasa Inggris Tahun Pelajaran 2011/2012 sebagai acuan bagi guru untuk memberikan poin-poin materi yang perlu dipelajari oleh peserta didik sehingga lebih terarah dan efektif. Kisi-kisi tersebut bisa didownload DI SINI. Semoga ini bermanfaat demi suksesnya peserta didik kita dalam mengerjakan soal-soal UKK tahun pelajaran ini.

Senin, 30 April 2012

Menjadi Guru Profesional


Profesional. Secara kata memang terdiri dari 11 huruf. Tapi bila dihayati dan diterjemahkan dalam tindakan nyata, akan tercipta hasil luar biasa!

Oleh Nessa Morena

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti

Dan kata profesional bukan hanya kata baku yang diperuntukkan bagi mereka yang kerja dikantoran. Bekerja di dalam ruang berAC, memakai kemeja, jas mahal, celana bahan bagi laki-lakinya, atau memakai blazer, rok mini, berkutat dengan orang-orang penting yang biasa disebut dengan istilah “meeting”. Tidak! kata professional berlaku untuk setiap profesi. Termasuk guru.

Guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Bila ia tak punya keahlian menjadi guru maka tidak dapat disebut sebagai guru. Oleh karnanya tidak semua orang bisa menjadi guru.

Namun, pada kenyataannya banyak ditemui bahwa pilihan profesi guru sebagai pilihan profesi terakhir. Profesi ini dirasa kurang bonafide, dekat dengan status sosial menengah ke bawah, bergaji kecil, tidak sejahtera, dan hidup dibawah garis kemiskinan. Bahkan ada guru yang diambil dengan asal comot. Yang penting ada yang mengajar.

Padahal guru adalah operator kurikulum pendidikan. Pengentas kebodohan Ia merupakan mata rantai dan pilar peradan sekaligus benang merah kemajuan suatu masyarakat dan motor penggerak peradaban suatu bangsa.

Dapat dibayangkan bila profesi ini diamanahkan bagi mereka yang tidak profesional dan menjadikan profesi ini sebagai pilihan terakhir. Akan dibawa kemana bangsa ini?

Guru Profesional
Guru profesional adalah guru yang meramu kualitas dan integritasnya. Mereka tidak hanya memberikan pembelajaran bagi peserta didiknya tapi mereka juga harus menambah pembelajaran bagi mereka sendiri karena jaman terus berubah. Ia harus terus meningkatkan kemampuan serta keterampilannya dalam berbagai bidang.

Perningkatan kualitas ini tidak hanya didapat melalui ruang formal saja. Tapi juga bisa melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas guru. Dan diharapkan peningkatan kualitas guru ini dapat menghapus stigma akan penyakit guru dibawah ini.
Agar tidak ada lagi 11 penyakit yang rentan diderita guru:
1. Tipes : Tidak punya selera
2. Mual : mutu amat lemah
3. Kudis : Kurang disipiln
4. Asma : Asal masuk kelas
5. Kusta : Kurang Strategi
6. TBC : Tidak Bisa Computer
7. KRAM : Kuram Terampil
8. Asam Urat : Asal Sampaikan materi urutan kurang akurat
9. Lesu : Lemah Sumber
10. Diare : Dikelas Anak-anak remehkan
11. Ginjal : Gajinya nihil jarang aktif dan terlambat

Yuk jadi guru berkualitas. Yang menjadikan profesinya tidak hanya profesi penopang kehidupannya di dunia tapi juga sebagai tabungan untuk kehidupannya di akhirat.

Salam Guru Hebat
Teachers Working Group
www.twgindonesia.multiply.com

Senin, 19 Maret 2012

REKRUIT GURU DARI LULUSAN TERBAIK

Jum'at, 16 Maret 2012 , 18:54:00
Guru Akan Direkrut dari Lulusan Terbaik
Nilai UKA Guru Rendah, Nuh Kecewa

JAKARTA—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengakui kecewa dengan hasil nilai uji kompetensi akhir (UKA) guru tahun 2012 ini yang cukup rendah. Yakni rata-rata nasional hanya mencapai angka 42,25.

“Jika dikatakan kecewa ya mau bagaimana lagi. Kenyataannya memang seperti ini. Tapi setidaknya, saya bisa mengatakan bahwa UKA ini cukup jujur. Inilah kondisi guru-guru kita. Kita harus hadapi,” ungkap Nuh di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (16/3).

Nuh mengatakan, pemerintah akan lebih memfokuskan pada guru-guru baru dan akan menjadi prioritas pemerintah ke depannya. “Rencana pemerintah ke depannya memang ingin memasukkan lulusan yang baik. Yang sudah terlanjur disertifikasi biar saja. Tapi pastinya ke depan akan tertutup (diisi, red) dengan guru-guru yang lulusannya baik.Sehingga, akan jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Namun begitu, Nuh juga mengakui cukup lega karena pemerintah akhirnya memiliki data untuk pemetaan kondisi guru di Indonesia. Data ini, lanjut Nuh, juga sebagai data pendukung data lainnya. Yakni, data pemetaan Ujian Nasional (UN) dan data kondisi fisik sekolah.

“Nanti semuanya akan disatukan semua. Sehingga pemerintah dapat memiliki data utuh mulai dari hasil UN dan nilai akademik siswa, tingkat kompetensi gurunya, dan kondisi fisik,” jelasnya. (cha/jpnn)

UKA MERESAHKAN GURU?

Senin, 19 Maret 2012 , 12:55:00
Hasil UKA Meresahkan Guru

KARAWANG-Sebagian guru yang mengikuti Ujian Kompetensi Awal (UKA) merasa resah dengan adanya isu jebloknya hasil UKA. PGRI menganggap UKA merupakan evaluasi yang harus ditempuh oleh setiap guru dan mengimbau agar tidak usah resah.

Ketua PGRI Kecamatan Purwasari, Hasanudin mengatakan, sejak awal PGRI menolak adanya UKA. Jika ada kegelisahan di antara guru yang mengikuti UKA, menurut dia wajar-wajar saja dan manusiawi. “Semua jalani saja dengan natural, tidak usah repot-repot karena UKA sudah dijalani dan resiko pasti ada dalam satu ujian,” ujarnya kepada Pasundan Ekspres (Group JPNN).

Untuk para guru yang berada di Purwasari, lanjutnya, PGRI sangat berharap jangan lupakan tugas pokok dan fungsi. Karena UKA sudah dijalani, apapun hasilnya berarti itu sudah sesuai kemampuan. “Bagi yang lulus saya ucapkan selamat. Lalu bagi rekan yang kurang beruntung saya berharap sabarlah dan tetap bersemangat serta jalankan tugas pokok seorang guru,” imbau Hasanudin.

Ia menambahkan, sebenarnya UKA tidak perlu ditakuti atau ada rasa galau serta lainnya. Karena yang diujikan pasti sesuai kompetensi dan kapasitasnya. “Jika pun ada di antara rekan yang tidak lulus mungkin belum ada keberuntungan juga saat tepat untuk koreksi diri atas kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang pendidik,” tukasnya.

Dijelaskan, UKA merupakan ajang evaluasi diri bagi guru dalam mengajar pada anak didiknya. Tidak usah dijadikan momok yang menakutkan. “Anggap saja sebagai ajang mengingatkan kita akan siapa kita dan harus bagimana meningkatkan kemampuan serta sarana menunjukan profesionalitas yang Insya Allah bisa mewujudkan harapan bersama yaitu dunia pendidikan berparadigma baru,” pungkasnya.(use)

10 Propinsi Terbaik Hasil UKA 2012

Jum'at, 16 Maret 2012 , 18:45:00
Inilah 10 Propinsi Terbaik Hasil UKA 2012

JAKARTA—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akhirnya mengumumkan hasil akhir uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012 yang telah dilaksanakan pada bulan Februari 2012 lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyebutkan, propinsi yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan nilai rata-rata 50,1.

Setelah DIY, propinsi yang masuk 10 besar adalah propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1) dan Banten (41,1).

Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2012 ini adalah 42,25 dengan standar deviasi 12,72.

“Dengan berat hati, saya harus menyebutkan bahwa 5 propinsi yang memperoleh nilai rata-rata terendah, antara lain Maluku (34,5), Maluku Utara (34,8), Kalimantan Barat (35,40), Kalimantan Tengah (35,5), dan Jambi (35,7),” ungkap Nuh saat memaparkan pemaparan hasil UKA 2012 di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (16/3) sore.

Nuh menyebutkan, di dalam pelaksanaan UKA 2012 ini, ada sebanyak 285.884 orang guru yang mendaftar. Akan tetapi, yang mengikuti ujian hanya 281.016 orang guru. Sedangkan sisanya 4.868 orang guru tidak mengikuti ujian. “Mungkin yang tidak mengikuti ujian ini karena alasan sakit atau lainnya,” imbuhnya.

Jika dilihat dari kualifikasi pendidikannya, mantan Rektor ITS ini menerangkan ada sekitar 211.858 orang guru lulusan S1, 34.614 orang guru lulusan D2, 19.039 orang guru lulusan SMA, dan sisa lainnya lulusan SMP, SMA, D1, D3, S2 dan S3. “Dari ratusan ribu guru yang mengikuti uji kompetensi yang lulusan S3 hanya 9 orang. Tapi mungkin saja jurusan S3 yang diambil bukan jurusan pendidikan,” imbuhnya.

Dengan adanya hasil tersebut, Nuh menyimpulkan bahwa distribusi nilai UKA 2012 perlu dirancang secara khusus untuk pendidikan dan latihan guru dalam rangka sertifikasi serta perencanaan yang matang. “Yakni, mulai dari metodelogi dan materi agar kompetensi guru setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) memperoleh hasil yang signifikan,” tukasnya. (cha/jpnn)

UKA 2012

SERTIFIKASI GURU
Hasil Uji Kompetensi Mengecewakan



Sabtu, 17 Maret 2012
JAKARTA (Suara Karya): Uji kompetensi awal (UKA) bagi 281.016 guru yang digelar untuk program sertifikasi profesi pada 25 Februari 2012 menunjukkan hasil yang mengecewakan. Nilai rata-rata nasional UKA sebesar 42.25. Nilai terjelek justru ada pada jenjang pengawas sekolah.

"Pengawas sekolah yang seharusnya bisa menjadi contoh terbaik justru tampil sebaliknya. Nilai rata-rata nasional mereka paling rendah, sebesar 32.58," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh dalam pemaparan hasil UKA 2012, di Jakarta, Jumat (16/3).

Dampak dari nilai pengawas sekolah yang jeblok itu, menurut Nuh, Kemendikbud akan mencari pola rekrutmen baru untuk jenjang pengawas sekolah. Tak seperti pola yang dilakukan selama ini yang mengacu pada usia, bukan pada prestasi.

"Seorang pengawas sekolah harusnya orang-orang terbaik. Dengan ilmu dan pengetahuannya, bisa memberi masukan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Kalau ilmunya lebih rendah dari orang yang diawasinya, bagaimana para pengawas ini bisa menjalankan kewajibannya," ujar Nuh menegaskan.

Ditambahkan, nilai rata-rata nasional tertinggi diraih jenjang guru taman kanak-kanak (TK) sebesar 58.87. Setelah itu berturut-turut guru sekolah menengah atas (SMA) 51.35, sekolah menengah kejuruan (SMK) 50.02, sekolah luar biasa (SLB) 49,02, sekolah menengah pertama (SMP) 46.15, dan guru sekolah dasar (SD) 39.86.

Daerah-daerah yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi disebutkan, antara lain Sukabumi, Magelang, Pasuruan, Rembang, Surakarta, Denpasar, dan Banyumas. Sedangkan daerah yang nilai rata-ratanya terendah, antara lain, Sumba Tengah, Papua, Morotai, Barito, Mentawai, dan Maluku. "DKI Jakarta yang ibu kota saja tidak masuk di jajaran nilai rata-rata tertinggi," ucap Nuh.

Sementara itu, dari ukuran usia guru, mantan Menkominfo ini memaparkan bahwa guru usia tua tidak terbukti bernilai buruk. Pasalnya, 82 persen dari jumlah guru usia 25 - 55 tahun dinyatakan lulus UKA.

Bahkan, jika dipetakan berdasarkan jurusan sarjana masing-masing guru yang mengikuti UKA, ternyata guru-guru itu rata-rata tidak sebidang dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan di sekolah. Misalnya, sarjana pertanian mengajar matematika. Sarjana ekonomi mengajar bahasa Indonesia.

Ditanyakan guru yang tidak lulus UKA, Nuh menjelaskan, mereka semua akan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru selama satu tahun. Setelah itu, mereka akan mengikuti uji kompetensi akhir untuk menguji apakah berhak untuk mendapatkan sertifikasi.

"Jika di kompetensi akhir, guru itu juga nggak lulus, ya masuk ke pelatihan lagi sampai dinilai berhasil," kata Nuh menegaskan. (Tri Wahyuni)