Halaman

Senin, 19 Maret 2012

REKRUIT GURU DARI LULUSAN TERBAIK

Jum'at, 16 Maret 2012 , 18:54:00
Guru Akan Direkrut dari Lulusan Terbaik
Nilai UKA Guru Rendah, Nuh Kecewa

JAKARTA—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengakui kecewa dengan hasil nilai uji kompetensi akhir (UKA) guru tahun 2012 ini yang cukup rendah. Yakni rata-rata nasional hanya mencapai angka 42,25.

“Jika dikatakan kecewa ya mau bagaimana lagi. Kenyataannya memang seperti ini. Tapi setidaknya, saya bisa mengatakan bahwa UKA ini cukup jujur. Inilah kondisi guru-guru kita. Kita harus hadapi,” ungkap Nuh di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (16/3).

Nuh mengatakan, pemerintah akan lebih memfokuskan pada guru-guru baru dan akan menjadi prioritas pemerintah ke depannya. “Rencana pemerintah ke depannya memang ingin memasukkan lulusan yang baik. Yang sudah terlanjur disertifikasi biar saja. Tapi pastinya ke depan akan tertutup (diisi, red) dengan guru-guru yang lulusannya baik.Sehingga, akan jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Namun begitu, Nuh juga mengakui cukup lega karena pemerintah akhirnya memiliki data untuk pemetaan kondisi guru di Indonesia. Data ini, lanjut Nuh, juga sebagai data pendukung data lainnya. Yakni, data pemetaan Ujian Nasional (UN) dan data kondisi fisik sekolah.

“Nanti semuanya akan disatukan semua. Sehingga pemerintah dapat memiliki data utuh mulai dari hasil UN dan nilai akademik siswa, tingkat kompetensi gurunya, dan kondisi fisik,” jelasnya. (cha/jpnn)

UKA MERESAHKAN GURU?

Senin, 19 Maret 2012 , 12:55:00
Hasil UKA Meresahkan Guru

KARAWANG-Sebagian guru yang mengikuti Ujian Kompetensi Awal (UKA) merasa resah dengan adanya isu jebloknya hasil UKA. PGRI menganggap UKA merupakan evaluasi yang harus ditempuh oleh setiap guru dan mengimbau agar tidak usah resah.

Ketua PGRI Kecamatan Purwasari, Hasanudin mengatakan, sejak awal PGRI menolak adanya UKA. Jika ada kegelisahan di antara guru yang mengikuti UKA, menurut dia wajar-wajar saja dan manusiawi. “Semua jalani saja dengan natural, tidak usah repot-repot karena UKA sudah dijalani dan resiko pasti ada dalam satu ujian,” ujarnya kepada Pasundan Ekspres (Group JPNN).

Untuk para guru yang berada di Purwasari, lanjutnya, PGRI sangat berharap jangan lupakan tugas pokok dan fungsi. Karena UKA sudah dijalani, apapun hasilnya berarti itu sudah sesuai kemampuan. “Bagi yang lulus saya ucapkan selamat. Lalu bagi rekan yang kurang beruntung saya berharap sabarlah dan tetap bersemangat serta jalankan tugas pokok seorang guru,” imbau Hasanudin.

Ia menambahkan, sebenarnya UKA tidak perlu ditakuti atau ada rasa galau serta lainnya. Karena yang diujikan pasti sesuai kompetensi dan kapasitasnya. “Jika pun ada di antara rekan yang tidak lulus mungkin belum ada keberuntungan juga saat tepat untuk koreksi diri atas kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang pendidik,” tukasnya.

Dijelaskan, UKA merupakan ajang evaluasi diri bagi guru dalam mengajar pada anak didiknya. Tidak usah dijadikan momok yang menakutkan. “Anggap saja sebagai ajang mengingatkan kita akan siapa kita dan harus bagimana meningkatkan kemampuan serta sarana menunjukan profesionalitas yang Insya Allah bisa mewujudkan harapan bersama yaitu dunia pendidikan berparadigma baru,” pungkasnya.(use)

10 Propinsi Terbaik Hasil UKA 2012

Jum'at, 16 Maret 2012 , 18:45:00
Inilah 10 Propinsi Terbaik Hasil UKA 2012

JAKARTA—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akhirnya mengumumkan hasil akhir uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012 yang telah dilaksanakan pada bulan Februari 2012 lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyebutkan, propinsi yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan nilai rata-rata 50,1.

Setelah DIY, propinsi yang masuk 10 besar adalah propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1) dan Banten (41,1).

Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2012 ini adalah 42,25 dengan standar deviasi 12,72.

“Dengan berat hati, saya harus menyebutkan bahwa 5 propinsi yang memperoleh nilai rata-rata terendah, antara lain Maluku (34,5), Maluku Utara (34,8), Kalimantan Barat (35,40), Kalimantan Tengah (35,5), dan Jambi (35,7),” ungkap Nuh saat memaparkan pemaparan hasil UKA 2012 di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (16/3) sore.

Nuh menyebutkan, di dalam pelaksanaan UKA 2012 ini, ada sebanyak 285.884 orang guru yang mendaftar. Akan tetapi, yang mengikuti ujian hanya 281.016 orang guru. Sedangkan sisanya 4.868 orang guru tidak mengikuti ujian. “Mungkin yang tidak mengikuti ujian ini karena alasan sakit atau lainnya,” imbuhnya.

Jika dilihat dari kualifikasi pendidikannya, mantan Rektor ITS ini menerangkan ada sekitar 211.858 orang guru lulusan S1, 34.614 orang guru lulusan D2, 19.039 orang guru lulusan SMA, dan sisa lainnya lulusan SMP, SMA, D1, D3, S2 dan S3. “Dari ratusan ribu guru yang mengikuti uji kompetensi yang lulusan S3 hanya 9 orang. Tapi mungkin saja jurusan S3 yang diambil bukan jurusan pendidikan,” imbuhnya.

Dengan adanya hasil tersebut, Nuh menyimpulkan bahwa distribusi nilai UKA 2012 perlu dirancang secara khusus untuk pendidikan dan latihan guru dalam rangka sertifikasi serta perencanaan yang matang. “Yakni, mulai dari metodelogi dan materi agar kompetensi guru setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) memperoleh hasil yang signifikan,” tukasnya. (cha/jpnn)

UKA 2012

SERTIFIKASI GURU
Hasil Uji Kompetensi Mengecewakan



Sabtu, 17 Maret 2012
JAKARTA (Suara Karya): Uji kompetensi awal (UKA) bagi 281.016 guru yang digelar untuk program sertifikasi profesi pada 25 Februari 2012 menunjukkan hasil yang mengecewakan. Nilai rata-rata nasional UKA sebesar 42.25. Nilai terjelek justru ada pada jenjang pengawas sekolah.

"Pengawas sekolah yang seharusnya bisa menjadi contoh terbaik justru tampil sebaliknya. Nilai rata-rata nasional mereka paling rendah, sebesar 32.58," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh dalam pemaparan hasil UKA 2012, di Jakarta, Jumat (16/3).

Dampak dari nilai pengawas sekolah yang jeblok itu, menurut Nuh, Kemendikbud akan mencari pola rekrutmen baru untuk jenjang pengawas sekolah. Tak seperti pola yang dilakukan selama ini yang mengacu pada usia, bukan pada prestasi.

"Seorang pengawas sekolah harusnya orang-orang terbaik. Dengan ilmu dan pengetahuannya, bisa memberi masukan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Kalau ilmunya lebih rendah dari orang yang diawasinya, bagaimana para pengawas ini bisa menjalankan kewajibannya," ujar Nuh menegaskan.

Ditambahkan, nilai rata-rata nasional tertinggi diraih jenjang guru taman kanak-kanak (TK) sebesar 58.87. Setelah itu berturut-turut guru sekolah menengah atas (SMA) 51.35, sekolah menengah kejuruan (SMK) 50.02, sekolah luar biasa (SLB) 49,02, sekolah menengah pertama (SMP) 46.15, dan guru sekolah dasar (SD) 39.86.

Daerah-daerah yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi disebutkan, antara lain Sukabumi, Magelang, Pasuruan, Rembang, Surakarta, Denpasar, dan Banyumas. Sedangkan daerah yang nilai rata-ratanya terendah, antara lain, Sumba Tengah, Papua, Morotai, Barito, Mentawai, dan Maluku. "DKI Jakarta yang ibu kota saja tidak masuk di jajaran nilai rata-rata tertinggi," ucap Nuh.

Sementara itu, dari ukuran usia guru, mantan Menkominfo ini memaparkan bahwa guru usia tua tidak terbukti bernilai buruk. Pasalnya, 82 persen dari jumlah guru usia 25 - 55 tahun dinyatakan lulus UKA.

Bahkan, jika dipetakan berdasarkan jurusan sarjana masing-masing guru yang mengikuti UKA, ternyata guru-guru itu rata-rata tidak sebidang dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan di sekolah. Misalnya, sarjana pertanian mengajar matematika. Sarjana ekonomi mengajar bahasa Indonesia.

Ditanyakan guru yang tidak lulus UKA, Nuh menjelaskan, mereka semua akan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru selama satu tahun. Setelah itu, mereka akan mengikuti uji kompetensi akhir untuk menguji apakah berhak untuk mendapatkan sertifikasi.

"Jika di kompetensi akhir, guru itu juga nggak lulus, ya masuk ke pelatihan lagi sampai dinilai berhasil," kata Nuh menegaskan. (Tri Wahyuni)